Pergeseran nilai yang diakibatkan kapitalisme semakin merasuk dan menggerus nilai yang ada dalam masyarakat. Masyarakat desa sekalipun, yang notabene kaya akan nilai dan budaya saat ini mulai tergerus dan terlindas oleh modernism dan budaya yang kapitalistik. Contoh riil saja, sifat kolektivitas dan kekeluargaan yang dimiliki mayoritas masyarakat desa, kini mulai hilang. produk budaya kapitalisme yang individualistic kini telah mencetak kaum muda desa yang cenderung lebih suka mementingkan diri sendiri daripada menjaga kolektivitas. Hal ini telah nyata dalam sikap pemuda desa ketika merespon fenomena di masyarakat mereka cendurung acuh tak acuh. Selain mempertajam kesenjangan antara orang kaya dengan orang miskin, budaya kapitalisme juga menggerus nilai dan budaya ketimuran yang sebenarnya lebih manusia. ketika Venezuela dimasuki budaya kapitalisme Hugo Chavez mengatakan bahwa Venezuela seperti “ghost ship” yaitu kapal hantu. Dimana Negara Venezuela bagaikan kapal yang menakutkan yang setiap saat bisa mengancam eksistensi masyarakat Venezuela. Begitu pula di Indonesia, khususnya masyarakat desa yang notabene minim akan wawasan dan pendidikan. maka perlu adanya, kaum intelektual yang mampu menyadarkan masyarakat pedesaan dari penindasan yang dikemas cantik oleh kaum kapitalis. Dalam teori Antonio Gramci kaum intelektual tersebut dinamakan intelektual organik. Dimana intelektual organic ini memiliki tugas suci yaitu mengorganisir dan menyadarkan masyarakat dari ketertindasan.
Penyadaran inilah yang sebenarnya harus digalakkan oleh kaum intelektual sebagai bentuk pengabdian dan kepedulian terhadap masa depan bangsa. Kalau ditelisik secara cermat, budaya ketimuran tidaklah kolot seperti yang dikatakan orang Barat. Stigmatisasi maupun stereotype buruk terhadap budaya ketimuran harus dibendung dengan penyadaran-penyadaran. Disadari atau tidak kita ini terjajah. Kognisi kita terjajah oleh produk budaya dan pengetahuan barat. Kadang kita lebih merasa hebat percaya diri ketika memakai budaya barat yang diklaim paling benar. Hal ini juga mulai merasuk pada ranah interaksi sosial, seperti hilangnya rasa kebersamaan dan gotong royong yang telah dibumikan para nenek moyang bangsa Indonesia sendiri.
13 oktober 2010
SYAMSUL ARIFIN